PILKADA BENGKULU SELATAN
*Sepenggal Info*
Meskinya kita sadar apa yang kita lakukan merupakan sebuah pengkhitmatan terhadap apa yang telah diamanahkan sang Pencipta. Terkadang kita lupa akan diri kita sendiri, seringkali menganggap apa yang telah dilakukan merupakan sebuah proses semata hingga kemanapun kaki melangkah tak ubahnya hanya mengikuti kehendak hati tanpa merasa memikul beban akan janji yang meskinya ditunaikan. Mungkin hal ini merupakan salah satu awal dari penyakit hati yang menjangkit pada diri manusia hingga manusia itu sendiri lupa akan dirinya.
Dalam Islam dikenal adanya Dzikir dengan bahasa lain mengingat, selayaknyalah sebagai hamba kita senantiasa harus ingat akan pengatur kehidupan ini. Pada dasarnya dalam Al-Quran dan Hadits memuat barbagai peraturan yang mengatur akan kehidupan manusia baik hubungan antara manusia dengan sesamanya, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhannya. Jika saja kita sebagai makhluk yang berke-Tuhan-an mengikuti apa yang telah diajarkanNya tentu kelupaan terhadap diri kita sendiri akan sangat tidak mungkin. Indikasinya, bahwa apa yang kita lakukan hanya akan mengikut terhadap apa yang diperintah dan dilarangnya.
Pengaplikasian kehidupan yang agamis merupakan hal yang mutlak bagi kita bersama. Orang akan disebut baik jika dalam kehidupannya senatiasa berbuat baik dan bisa diterima masyarakat dimana dan kapanpun dia berada. Bertolak dari hal tersebut, maka ukuran kebaikan itu sendiri bisa didevinisikan jika manusia itu selalu berfikir dan berbuat positif terhadap penghitmatannya dalam menjalani kehidupan, karena pada dasarnya apa yang dilkukan manusia merupakan sebuah transfer perasaan yang ada dalam hati, kemudian dikelola pikiran yang terealisasi dalam perbuatan. Artinya dari apa yang dipikirkan dan dirasa manusia dapat diketahui dari baik buruknya perbuatan yang dilakukan.
Berbekal Dzikir yang selalu mengingat Allah dengan konsekuensi menjalani apa yang diperintah dan dilarangnya, maka manusia akan selalu berpikir positif dan idealnya orang yang seperti ini akan cenderung berbuat keshalehan. Smoga